Sunday, February 1, 2015

Pertama di tahun 2015


"Dia menantinya
dalam jeda-jeda hening musim yang berganti
kemarau dan hujan dan kemarau dan hujan lagi
yang datang tanpa jeda untuk membasahi jiwa atau mengeringkan air mata


Dia
telah
dan selalu
untuk pertemuan sesaat
merindukannya
dengan rasa sakit"


Demikianlah, postingan pertama di tahun 2015 (yang sudah berjalan sebulan ini), adalah potongan puisi yang saya buat sekitar satu dekade lalu.

Untuk pengingat saja, betapa saya dulu sangat piawai dan percaya diri dalam memetik dawai-dawai kegalauan dan menyandingkannya dengan rangkaian kalimat mewakili suara hati terdalam yang tak tersampaikan. Betapa saya dulu adalah salah satu pengguna jaring laba-laba raksasa dunia ini yang aktif menyebarkan pesan-pesan kepedihan hati dan cinta tak berbalas.

Mungkin, sekarang saya juga masih sepiawai itu.
Mungkin.
Tapi lalu ada 'bisa' dan 'mau', yang merupakan binatang yang berbeda meskipun masih saudara. Kemudian ada 'perlu', binatang yang berbeda, tidak ada hubungan saudara, tapi seringkali dilibatkan dalam rembugan-rembugan antara 'bisa' dan 'mau'.

'Bisa', 'mau', dan 'perlu' sibuk berdebat dalam kepala saya. Hasilnya kemudian adalah saya yang tidak menulis apa-apa.

Mudah-mudahan situasi ini segera berubah, dan saya kembali bisa menuliskan hal-hal tidak penting seperti biasa tanpa harus berpikir mengenai perdebatan 'bisa' 'mau' dan 'perlu'.
Tidak berarti suara hati saya itu penting untuk dunia atau memiliki nilai keindahan yang tak terbantahkan. Tapi saya rasa penting untuk memberi ruang pada hal-hal yang tidak bisa disampaikan dalam kehidupan nyata, untuk kemudian disampaikan kepada alam semesta melalui jaring laba-laba raksasa ini.

Siapa tahu alam semesta berbaik hati, menempatkan pesan-pesan tak terkatakan itu dalam orbit yang tepat sehingga mereka sampai di tempat tujuan dan diterima dengan baik oleh yang berkepentingan.

Kita tidak pernah tahu kan ya?


2.36, Senin dinihari